
Epilepsi dan Penanganannya
Penyakit epilepsy atau orang awam menyebutnya dengan ‘ayan’, merupakan kondisi yang dapat menjadikan seseorang mengalami kejang secara berulang. Epilepsi terjadi karena adanya kelainan otak, dimana penderitanya memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kejang epileptic dibandingkan orang lain pada umumnya.
Ada banyak hal yang bisa menyebabkan munculnya epilepsi. Epilepsi bisa disebabkan karena adanya kelainan bawaan lahir. Namun, epilepsi juga bisa disebabkan adanya kelainan pada otak, misalnya setelah cedera kepala atau stroke, infeksi atau tumor otak.
Pada sebagian besar kasus, gejala epilepsi adalah kejang yang terjadi secara spontan dan tidak berlangsung lama, tetapi berulang. Namun, ada banyak gejala lain epilepsi yang tidak dipahami orang karena gejala ini terjadi akibat adanya kejang dalam bentuk sensorik seperti mendadak kehilangan fokus, kehilangan atensi, dan mendadak merasa ketakutan. Bahkan bisa juga berupa perubahan perilaku mendadak.
“Gejala epilepsi dapat memburuk apabila tidak terkendali, orang yang sering kejang akan memicu terjadinya kejang lebih banyak lagi di kemudian hari, sehingga memang kejang pada epilepsi harus dikendalikan,” jelas Dokter Spesialis Saraf (Neurologi) dari Rumah Sakit Royal Taruma.
Epilepsi Bisa Dikontrol
Dokter Spesialis Neurologi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menerangkan, apabila penderita epilepsi tidak mengalami kejang selama tiga tahun, maka secara perlahan dosis obat epilepsi akan diturunkan sampai bisa dihentikan sama sekali. “Bila pasien tidak lagi mengalami kejang selama minimal 3 tahun, dapat dikatakan bahwa epilepsinya sudah terkendali,” kata Dokter Linda.
Untuk
memastikan seseorang menderita epilepsi, dapat dilakukan rangkaian pemeriksaan
lengkap mulai dari wawancara dengan pasien hingga pemeriksaan fisik
(pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan
fisik khusus dibagian saraf). Kemudian, bisa dilanjutkan dengan
pemeriksaan fungsi otak berupa perekaman EEG(Electroencephalography) dan
imaging otak baik itu CT Scan kepala atau yang lebih baik lagi dengan MRI otak.
Pengobatan Epilepsi
Pilihan pengobatan
untuk epilepsi sangat banyak. Pilihan pengobatan terutama dapat dibedakan
menjadi dalam bentuk suntikan atau minum obat. Pemberian obat epilepsi dalam
bentuk suntikan hanya diberikan pada keadaan akut seperti adanya kejang
berkali-kali dalam satu hari atau mengalami kejang satu kali dengan durasi
kejang yang sangat panjang.
“Tetapi bentuk pengobatan epilepsi yang paling banyak adalah dalam bentuk minum obat baik dalam bentuk kapsul, tablet, maupun sirup. Pemilihan obat akan sangat bergantung pada jenis epilepsi dan juga kondisi pasien. Misalnya pasien wanita dan pasien pria dapat berbeda pemilihan obat anti epilepsinya, usia juga akan membedakan pemilihan obat tersebut,” terang Dokter Linda.
Dokter
Spesialis Saraf ini menegaskan, pada kasus yang sangat sulit, apabila pasien
sudah minum lebih dari dua macam obat dengan dosis yang tepat dan diminum
secara teratur, namun masih tetap
kejang dan ditemukan adanya penyebab kelainan yang jelas pada MRI otak, maka
dapat dipertimbangkan untuk menjalani pembedahan untuk epilepsi.
Cara Mengurangi Risiko Kejang
Untuk mengurangi risiko kejang, perlu diketahui apa faktor pemicunya. Setiap penderita epilepsi memiliki faktor pemicu yang berbeda. Bisa dipicu oleh stress fisik maupun stress psikis, demam, ataupun karena adanya infeksi.
Cara paling mudah untuk mengurangi risiko kejang adalah
dengan hidup sehat, yaitu dengan menjaga kondisi fisik, psikis,
tidur yang cukup, olahraga, menghindari stress, demam dan infeksi.