Hubungi IGD & Ambulance

Cari Dokter

HUBUNGI KAMI
Mengenal Strawberry Parenting dan Dampak yang Bisa Terjadi pada Anak
Mengenal Strawberry Parenting dan Dampak yang Bisa Terjadi pada Anak
Meriyati, S.Psi, M.Psi.,Psikolog

Pola pengasuhan orang tua tidak boleh disepelekan. Sebab, pola asuh orang tua akan sangat berpengaruh bagi pembentukan karakter anak. Salah satu yang saat ini sedang banyak dibicarakan tentang istilah strawberry parenting. Lantas apa itu strawberry parenting?

Psikolog Klinis dan Hipnoterapis RS Royal Taruma Meriyati menjelaskan, istilah strawberry parenting diambil dari karakteristik buah stroberi yang terlihat indah dan menarik, tetapi sangat mudah rusak atau memar saat ditekan.

Orang tua menerapkan strawberry parenting ini berawal dari niat baiknya, ingin memberi kenyamanan maksimal kepada anak, menghindari kegagalan, meningkatkan rasa percaya diri, dan melindungi anak dari dunia luar yang dianggap keras, tetapi pola pengasuhan yang terlalu melindungi dan menuruti anak, membentuk anak tumbuh dengan mental yang rapuh, mudah menyerah, serta sulit menghadapi tekanan dan tantangan hidup.

Strawberry Parenting dapat membantu atau menghambat perkembangan anak, tergantung bagaimana penerapannya. Jika diterapkan dengan bijak, Strawberry Parenting dapat memiliki dampak positif, seperti membangun kedekatan emosional orang tua dan anak, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, mendorong kreativitas dan inovasi, serta meningkatkan rasa empati.

Ciri-ciri Strawberry Parenting

Beberapa karakter/ciri-ciri orang tua yang menerapkan Strawberry Parenting:

     Terlalu protektif (selalu berusaha mengontrol lingkungan anak untuk memastikan anak tidak mengalami ketidaknyamanan)

     Memanjakan anak secara berlebihan (sering menuruti semua keinginan anak tanpa batasan yang jelas)

     Menghindari konflik dan konsekuensi (sulit menegakkan disiplin karena takut anak merasa stres)

     Memberikan pujian yang berlebihan, tanpa mempertimbangkan realitas atau usaha anak.

     Tidak memberikan tanggung jawab yang sesuai usia (orang tua sering mengambil alih tugas atau tanggung jawab anak, meskipun anak sebenarnya mampu melakukannya sendiri)

     Mengutamakan kenyamanan anak daripada perkembangannya

     Tidak membiarkan anak menghadapi kegagalan


Dampak Strawberry Parenting

Meriyati mengingatkan, penerapan pola asuh strawberry parenting yang tidak benar atau tidak seimbang bisa berakibat buruk bagi perkembangan anak. Beberapa dampak negatif dari penerapan strawberry parenting adalah anak menjadi kurang mandiri, kurangnya kemampuan mengelola emosi dan lebih mudah frustrasi karena anak selalu diberi kenyamanan tanpa pernah menghadapi tantangan, mudah menyerah atau kurang memiliki ketahanan mental (resilience), kurangnya rasa tanggung jawab dan disiplin, kesulitan kompromi, kerja sama dan tingginya rasa kebergantungan pada orang tua bahkan saat sudah beranjak dewasa.

Sedangkan manfaat bagi orang tua, orang tua merasa telah melakukan yang terbaik untuk membahagiakan anak dengan cara menghindarkan anak dari kesulitan atau stres. Selain itu, hubungan keluarga terasa lebih damai dan minim pertengkaran karena orang tua cenderung menghindari konflik dengan anak. Anak merasa lebih nyaman di rumah karena tidak banyak tekanan, power struggle atau konflik kekuasaan antara orang tua dananak berkurang signifikan adanya pendekatan yang seimbang antara batasan dan kehangatan.

“Orang tua perlu menyesuaikan pola asuh dengan karakter anak dan selalu bersikap fleksibel dalam menerapkannya. Tidak ada pola asuh yang sempurna, tetapi dengan pendekatan yang tepat dan seimbang, anak bisa berkembang menjadi individu yang sehat secara emosional, mandiri dan bertanggung jawab. Orang tua tetap memberikan dukungan emosional, tetapi juga membiarkan anak mengalami tantangan dan belajar dari kesalahan mereka, menerapkan kemandirian bertahap sesuai usia anak sehingga mereka bisa belajar disiplin dan bertanggung jawab sejak dini. Dengan cara ini, anak akan tumbuh menjadi individu yang lebih tangguh dan siap menghadapi dunia nyata,” ucap Meriyati, S.Psi, M.Psi., Psikolog

Kembali